Ang Poa buat Ming-Ming
“Oleh Eka Novita Damayanti”
“Ah sebentar lagi tanggal 26 Januari,
Tahun Baru Imlek!” sorak Ming-Ming senang. Terbayang sudah kemeriahan Imlek.
Apalagi ang pao-nya!
Ya ang
pao! Ming-Ming tersenyum senang. Itulah yang paling ditunggu-tunggu setiap
Imlek. Biasanya, pada hari raya itu ia banyak mendapatkan ang pao dari Mama, Papa, dan Krabat dekatnya. Dari uang yang
terkumpul, Ming-Ming bisa membeli barang-barang yang diinginkannya dan jajan
sesuka hati!
Di rumah, Papa Ming-Ming sibuk
mendekorasi rumah dengan hiasan khas Imlek berwarna merah segar dan kuning. Tak
lupa juga mempersiapkan keperluan sembahyang. Mama Ming-Ming membeli bahan
makanan khas Imlek. Dan Ming-Ming, sibuk menebak jumlah ang pao yang akan diterimanya nanti.
Tidak terasa, Tahun Baru Imlek yang
ditunggu-tunggu Ming-Ming datang juga. Ia bangun pagi-pagi sekali, langsung
mandi, dan memakai baju barunya. Warnanya merah terang yang melambangkan
kebahagiaan.
Rencananya pagi ini,Ming-Ming sekeluarga
akan barkunjung kerumah keluarga besar Papa untuk saling mengucapkan selamat.
Rumah pertama yang mereka kunjungi adalah rumah Paman Chandra, kaka tertua
Papa.
Rumah Paman Chandra besar dan megah
sekali. Di antara saudara Papa, Paman Chandra memang yang paling kaya.
Ming-Ming girang, karena Paman Chandra memberikan ang pao yang lumayan besar. “tidak sia-sia aku datang ke sini,
kalau ang pao-nya begini besar,”
gumam Ming-Ming senang.
Selanjutnya Ming-Ming, Papa, dan Mama
berkunjung ke rumah Paman Hendri, kakak kedua Papa. Ming-Ming belum pernah
datang ke rumah Paman Hendri, karena selama ini Paman Hendri tinggal di
Surabaya. Baru beberapa bulan ini keluarga Paman Hendri pindah ke Jakarta.
Rumah Paman Hendri lebih kecil
dibandingkan rumah Ming-ming . Paman Hendri dan istrinya menyambut mereka
dengan ramah. Kedua anak Paman Hendri, Chika dan Chiki, juga sangat ramah.
Ming-Ming betah bermain dengan Chika dan Chiki. ia agak sedih ketika Mama dan
Papa pamit untuk pulang.
“ini ang
pao untukmu Ming! Semoga kamu tumbuh menjadi gadis yang baik, pindar dan
berbakti kepada orang tua,” kata Paman Hendri lembut, sambil menyodorkan ang pao untuk Ming-Ming.
Ming-Ming girang menerima ang pao itu. Tetapi, di perjalanan
pulang, hatinya kecewa karena melihat isi ang
pao itu. Ternyata lebih sedikit dibanding ang pao Paman Chandra.
Setiba di rumah, Ming-Ming langsung masuk
kamar dengan sedih. “Paman Hendri yang begitu ramah ternyata pelit!” gerutu
Ming-Ming. Mama masuk kamar Ming-Ming, dan curiga melihat wajah Ming-Ming.
“Kenapa Ming? Sejak pulang dari rmah
Paman candra, kok cemberut saja?” tanya Mama. Ming-Ming menggeleng-gelengkan
kepalanya. “Soal ang pao ya?” tebak
Mama sambil tersenyum. “Enggak, bukan!” Ming-Ming berusaha bohong. Mama
tersenyum dan berkata lagi, “Ming, ang
pao itu ada ceritanya, lo.”
Mama lalu bercerita tentang ang pao yang berasal dari bahasa
Hokkian, yang berarti amplop merah. Amplop merah itu melambangkan kebahagian
dan keberuntungan yang diharapkan akan menyertai orang yang menerimanya
sepanjang tahun itu. Biasanya, orang
yang berumur lebih tua memberikan ang pao
kepada yang lebih muda sebagai tanda kasi dan doa.
Uniknya pada jaman
dahulu, ang pao yang diberikan adalah
amplop kosong. Penerima Penerima amplop
tetap menghargai amplop tersebut walaupun kosong dan menyimpannya, karena
bersama amplop kosong itu ada doa yang tulus dari orang-orang yang mencintai
mereka.
Perubahan jaman, orang-orang menyelipkan uang ke dalam ang pao tersebut, yang besarnya tergantung kemampuan masing-masing.
Sayang, sekarang orang sering salah mengartikan makna ang pao. Orang mengartikan ang
pao sebagai uang dan akan merasa sangat kecewa jika ang pao yang diterimanya berisi lebih sedikit uang dari yang
diharapkan atau bahkan kosong sama sekali. Padahal doa yang diselipkan bersama
dengan ang pao tersebut jauh lebih
penting.
Ming-Ming tertunduk malu mendengar cerita Mama. Ia sadar, telah salah
sangka, padahal Paman Hendri telah tulus mendoakannya. Ia menyesal sekali. Ia
berjanji dalam hati kelak tidak akan meremehkam hadiah apapun yang diberikan
orang kepadanya, karena terlepas dari mahal dan murahnya hadiah tersebut, ada
doa dan kasih sayang dari orang yang memberikan di dalamnya.
0 komentar:
Posting Komentar